Saturday, January 28, 2006

merah

merah
menyala terang
menantang menerjang

merah
memberi arah
menuju pasrah

saito-mo
sedang menujumu

sendiri

sendiri
diterpa silau
mencari
ditengah sepi

saito-mo
sekarat

dekat

meski tak henti gaung dirimu bertalu
namun begitu sulit kuikuti nadamu
kenapa harus selalu tertatih dulu
dan nadamu baru terasa merdu

mengapa
begitu sulitnya menjaga
setiap detikku yang tersisa
agar selalu merasa
bahwa kau selalu ada
untukku

saito-mo
sekarang waktunya tiba

batik


pakai batik, pakai dasi, pakai jas... hihihi dan semua orang yang merasa orang Indonesia senyum-senyum sambil komentar.. "gila pulak anak ini... pake pakaian ngawur kalipun"...

hehehe... cuek... dan kurasa kombinasi jas, batik dan dasi dengan unsur birunya menciptakan harmoni tersendiri....

saito-mo
nantipun mungkin lagi

ngejreng

sering aku bingung dengan istilah ngejreng... sebenarnya yang dimaksud ngejreng itu yang gimana?.. karena warnanya yang cerah? yang mencorong? atau hanya karena orang-orang jarang mau memakainya?..

dulu sekali... ketika pertama kalinya aku mampu beli jam merk swatch.. dengan serta merta aku memilih yang berwarna biru tua metalik... karena warnanya begitu menarik hatiku dan... tentu saja karena saat itu barang ini diskon gede... hihihihi..

ketika pertama kali kupakai swatch biru ini di tempat umum... serta merta teman-temanku komentar... "hoeyyy.... ngejreng kalipun arloji kau ini lay!!!!"... sempat terpana pulak daku ini mendengar komentar itu... karena kurasa warna biru itu sangat biasa... cuma jarang orang seumuranku yang pake... dan setelah reda terpanaku.. balik aku bertanya "lho???... gimana dengan arloji warna kuning emasmu yang menyala ini??.. ngejreng gak?.. kenapa arlojiku yang biru tua metalik tidak mencorong begini koq dibilang ngejreng?.."... hihihi.. gantian dia yang terpana... mungkin terheran-heran ketika aku bilang ngejreng atas arloji warna emasnya yang begitu banyaknya orang memakai dan gak pernah bilang ngejreng... hihihi lagi

sekali lagi aku merasa... aneh, ngejreng, tidak biasa, dll.. hanyalah masalah persepsi umum... bukan merupakan substansi atas sebuah sesuatu... so.. kenapa kita begitu terpengaruh dengan persepsi bersama??...

sebenarnya tak ingin kusebut namamu
tapi tetap saja namamu bergaung didadaku
saito-mo
namaku berarti satu yang unik

dasi

beberapa waktu lalu aku terpaksa pulang malam hari.. penumpang kereta lumayan penuh.. memaksaku berdiri bersama-sama penumpang lainnya yang tidak kebagian tempat duduk...

secara tak sengaja.. aku melirik ke dada penumpang yang berdiri di sebelahku ... ups... dasi kekuningan bermotif abstrak... dasi yang sangat jarang kutemui disekitar sini... mau tak mau aku menaikkan pandangan mataku ke atas... seorang bapak-bapak yang telah berumur... atau bahkan terasa seperti kakek-kakek.... hmmm... masih terlihat wajahnya yang cerah penuh senyum dan semangat....

tak terasa.. untuk melupakan lelah kakiku berdiri... lamunanku melayang hampir sepuluhan tahun lampau... ketika setiap hari aku harus berangkat kerja dengan pakaian rapi.. berdasi... saat itu.. dasi bergaris, kotak-kotak.. ato motif lingkaran (ah.. lupa nama motif balon balon lingkaran ini) begitu mendominasi leher para pemakainya... jangan harap menemukan dasi motif abstrak menggantung di leher orang... kecuali leherku.. hehehe...

ehmmm..... aku ingat... saat-saat kemudian.. ketika dasi abstrak konvensional mulai digemari.. dasi bergambar kotak lingkaran kubus bola gak jelas berpadu jadi satu mulai disenangi... saat itu.. aku menemukan disebuah toko.. dasi bermotif kartun dan kembang.. dengan warna menyala... biru langit kuat.. merah kuning menyala... pink... dan... hihihi.. tentu saja aku beli dasi warna-warni itu....

aku ingat lagi.. ketika pagi-pagi rekan-rekanku senyum-senyum sambil geleng-geleng kepala dan bertanya "ihh.... dasimu koq motif dan warnanya begini sih?".. dan dengan santainya aku menjawab "kalau bukan orang seperti aku... siapa lagi yang mau beli dasi seperti ini??.. kan bisa bangkrut si pembuat dasi ini"... hahahaha.... jadilah teman-teman itu semakin geleng-geleng... mengikuti irama triping dihati mereka yang aku nyalakan... hahahaha..

dan dari semua teman.. hanya satu yang bicara beda... mbak Rana... mbak Ikrana.. sekretaris bagianku.. "eh.. tweetynya lucu lho ***"... (ehm.. jadi terkenang mbak Rana yang lembut dan saat itu sedang hamil.. semoga anaknya jadi orang yang baik)... dan ingatanku melayang lebih cepat.. ketika beberapa bulan kemudian aku harus pergi dari sisi mereka... salah seorang teman telpun padaku.. "eh ****... dasi-dasi seperti yang kamu pake sekarang mulai ngetrend lho... tiap liat dasi seperti itu.. jadi ingat dirimu".. ups.. seneng juga diingat dia ini...

hhhh.... jadi sering heran.. kenapa ya kebanyakan orang ketika sendiri tidak berani melakukan sesuatu yang mungkin agak berbeda.. meski tidak melanggar apa-apa.. dan malah senengnya komentar buruk atas sesuatu yang berbeda... dan ketika mereka bersama-sama... mereka merasa apa yang dilakukan bersama dan disetujui bersama adalah sesuatu yang benar... hks... jadi inget psikologi massanya kang jalal.. duluuuuu sekali...

dan... eh.. kereta berhenti di jujo... dan si bapak energik berdasi cerah abstrak pun turun.. dengan senyumnya...

saito-mo
dasi biru pink panter darinya

Thursday, January 26, 2006

kenapa

kenapa ya... orang yang mengaku islam.. dan datang dari negara yang banyak orang islamnya.. koq sepertinya "semau gue"... seperti memiliki aturan awang-awang yang melindas aturan dimana dia berpijak...

hmm... mungkin ini kesimpulan yang sangat prematur dariku... tapi itulah kenyataan yang aku temui... orang-orang yang kutemui dan ku kenal... jika mereka mengaku islam.. dan datang dari negara yang banyak orang islamnya.. selalu saja terlihat "merasa" sangat suci.. merasa sangat tinggi... sehingga sering melakukan hal-hal yang menyakitkan "perasaan" orang lain.. seringkali melanggar aturan-aturan masyarakat lain...

ahh... mungkin memang aku yang belum memahami "islam" .. sehingga kurang begitu tega bersikap keras kepada orang yang katanya tidak "islam".. dan ikut-ikutan aturan mereka

saito-mo
kalem...

membaca

nagoya.. hari ini sekali lagi aku mengunjunginya.. dan sekali lagi aku terperangah dalam perjalanan.. menikmati kalimat-kalimatmu yang diukir begitu indah oleh orang jepang..

dengan alam yang bergunung dan berjurang.. huruf-hurufmu seperti berserakan tak tentu... dan begitu sulit dibaca... namun.. orang jepang... begitu rajin.. begitu tekun.. begitu antusias... dan begitu hati-hati mencoba menyusun setiap hurufmu... menjadi kalimat-kalimat indah yang melenakan..

gunung-gunung di tembus... jurang-jurang di jembatani... tanah-tanah ditanya dengan baik-baik.. di koma mana dia ingin beristirahat.. di titik mana dia ingin berhenti... air-air diajak berdialog dengan mesra... agar mau berbaris dengan santun... hutan-hutan dicium dengan penuh rasa.. agar lambaian daunnya menghiasi huruf-hurufmu...
beton dan baja di make up dengan seronok.. agar kaligrafi kalimatmu semakin menggoda...

dan memang orang jepang adalah tangan-tanganmu.. yang begitu dalam menorehkan huruf-hurufmu.. menjadi kalimat-kalimat yang begitu mudahnya dibaca.. bahkan oleh orang paling awam sekalipun..

dan memang orang jepang adalah khalifahmu... yang begitu arifnya memimpin makhlukmu yang lain.. menjadi sebuah harmoni yang tak terkira....

benarkah?
dengan mengaku sebagai pengikutmu
adalah cukup untuk menjadi khalifahmu

saito-mo
angin begitu kencang

Wednesday, January 25, 2006

menikah: negative view

menikah.. ternyata ada sisi-sisi pandangan yang agak sinis melihat sebuah lembaga pernikahan itu... hehehe

dengan menikah.. aku akan lebih cuek ke teman-teman.. karena aku mempunyai istri dan anak yang tentu saja jauh lebih penting untuk diperhatikan dibanding teman-teman... ups....

dengan menikah... aku akan menjadi lebih pelit... karena aku harus menggunakan uangku untuk kebutuhan istri dan anakku... hhhhhh...

dengan menikah... aku gak akan lagi mau "melayani" siapapun... karena aku terbiasa dilayani oleh anak istri dirumah... ahhhhh...

dengan menikah... keluargaisme (negara= nasionalisme) semakin meningkat.. rait o rong is mai femeli... so.. prek dengan lainnya.. hahahaha

dengan menikah... ahhhh.. sudah ah.. gak diterusin..

hahaha.. tentu saja banyak pandangan positif terhadap orang yang sudah menikah.. kalo nggak.. tentu orang gak menikah... hihihi...

saito-mo
mumet gak jelas


jauh

padamu suatu ketika
adalah aku
yang tak mampu mengangkat muka
yang tak mampu membuka mata

padamu suatu ketika
adalah aku
yang mencoba mendekat dan terus mendekat
dan tetap terasa jauh dan selalu saja jauh

padamu suatu ketika
adalah aku
yang terkapar diam
dan hanya bisa terpejam

padamu suatu ketika
adalah aku
yang terpuruk
dan seperti merajuk

padamu suatu ketika
adalah aku
yang merasa sepi....
sepi tak berhenti

padamu suatu ketika
adalah aku
akankah tiba waktuku?

saito-mo
keringat dingin


Monday, January 23, 2006

kutahu

aku tahu
saat ini tak akan bisa menemuimu
namun aku selalu berharap
kau ijinkan dia
sebagai sarana dekatku padamu

saito-mo
tetep dingin

Sunday, January 22, 2006

sepi

waktupun bergulir
menjemput pagi
dan sepi
tetap setia menanti
di hati

saito-mo
tetep sepi menjelang pagi

tanggung jawab

tuhan
kapankan kau beri aku tanggung jawab
untuk memimpin sebuah keluarga

saito-mo
tengah malam bersalju
telapak tangan dan kaki keringatan

Sunday, January 08, 2006

merasa beramal

"saudara-saudara.. mohon kumpulkan baju-baju bekas yang tidak dipakai lagi.. untuk diamalkan kepada saudara-saudara kita yang sedang dilanda bencana dan saat ini membutuhkanya"

mendengar pengumuman-pengumuman seperti itu.. yang mungkin saat ini sedang banyak di indonesia... aku jadi teringat kepada almarhum bapak...

dulu... ketika aku kecil.. seringkali bapak bilang.. "lee.. klambi-klambi sing ra digae.. dikumpulne.. diwenehne pak **** ae, ben iso dimanfaatne" (lee.. baju-baju yang tidak dipakai.. dikumpulkan.. diberikan ke pak **** saja, agar bisa dimanfaatkan)... dan jika kuingat-ingat.. rasanya belum pernah bapak berkata "amal" untuk hal-hal yang kita sudah tidak butuh dan kemudian diberikan ke orang lain... bapak akan berkata "amal" hanya dalam sedikit hal... misal: pas buah-buahan di kebun belakang rumah banyak... kita-kita anaknya tidak boleh makan semuanya.. namun harus dibagi dan di"amal"kan ke orang lain (sstt.. padahal pinginnya untuk kita semua tuhh... hihihihi)...

sekarang.. mau tak mau aku harus melamunkan kata-kata bapak itu... kalo benar definisi amal seperti yang kuperoleh dari guru-guru agama saat kecil dulu... selalulah amal diiringi harapan kita untuk memperoleh balasan dari tuhan.. atas perbuatan kita itu.. dan dipersempit lagi.. atas pemberian kita itu.....

namun... kadang ada yang mengusik kepalaku... kita memberi ke orang lain barang yang kita sudah tidak butuh.. barang yang kita sudah tidak memakainya.. bahkan mungkin barang yang kita sudah tidak menyukainya... tentu saja "hati" kita dengan mudah melepaskan barang itu... meski mungkin benar.. orang yang kita beri tersebut butuh, mau memakai atau bahkan suka akan barang tersebut...

kalo aku sok logis... bahwa tuhan akan membalas apa yang kita lakukan... berarti.. jika kita "beramal" dengan barang yang kita gak butuh.. kita gak memakai lagi.. lebih-lebih kita gak suka... bisa-bisa balasan tuhan juga sesuatu yang kita gak butuh.. kita gak mau memakai... bahkan mungkin kita juga gak suka... ups... terlalu manusiawi logika ini... hehehehe...

berarti... kita sendiri harus memisah-misahkan kapan kata "beramal" dan "memberi" kita pakai.. karena muatan dari kata itu sangat berimplikasi atas harapan yang muncul di hati kita... "beramal".. membuat kita berharap balasan tuhan... "memberi".. preklah.. pokok memberi.. hehehe...

lebih jauh lagi... mungkin kata "memberi" harus lebih layak digunakan... agar kita gak berharap balasan apa-apa dari dari tuhan... kan katanya kita berbuat didunia ini karena rasa "cinta" kita ke tuhan.. jadi.. kalo cinta.. kenapa berharap balasan dari yang dicintai... "cinta sejati tidak berpamrih... itu kata komik"... hihihi...

ehm... aku gak tahu apakah bapak dulu ada bermaksud tertentu dengan memisah-misahkan penggunaan "beramal" dan "memberi"... namun.. ada atau tidak.. hal ini membuatku telah melamun dan mencari-cari kenapa hal itu terjadi... dan juga sekarang seperti membuatku harus lebih berhati-hati agar tidak geer dulu dengan merasa telah "beramal" ketika aku memberi sesuatu ke makhluk lain...

hks.. aku jadi kangen didukani (dimarahi) bapak... aku jadi kangen bapak..

saito-mo
kuberi apa yang aku suka
kudapat apa yang aku suka

beramal

gak tahu kenapa... tiba-tiba saja ingantanku melayang ketika dulu sekali sedang jumatan di masjid salman bandung... ehmm... mungkin karena sudah berkali-kali gak jumatan.. sehingga kepala tiba-tiba di'gerujuk' dengan nuansa jumatan...

saat itu.. seperti biasa.. masjid salman dipenuhi oleh para jamaah yang berjubel.. shaf-shaf meski lurus terlihat keriting karena seperti tak mampu menyediakan sela bagi yang ingin duduk di dalam.. di emperan dan halaman masjidpun.. koran-koran bertebaran sebagai alas sekaligus bahan bacaan pengisi 'kepala' saat khutbah sedang mengalun... menyelinap diantara barisan tua muda laki perempuan pengemis yang berjajar rapi menjajakan penderitaan diri masing-masing...

untungnya saya masih sempat duduk didalam ruangan.. sehingga tidak perlu menutup mata dari koran dan theather penderitaan pengemis tadi... tiba-tiba.. ups.. seseorang menepuk bahu saya.. minta bergeser sedikit kesamping agar ada sedikit ruang baginya duduk... sedikit bergeser.. tentu saja... dan sebuah tas begedebug lirih diiringi duduknya seseorang.. agak kedepan.. maklum begitu sempitnya ruang.. sehingga membentuk keritingan shaf...

dengan iseng kulirik ke samping... tas kulit... yang tua kusam, kumal dan mblendhuk (menggelembung).. dan di mulut tas berebut keluar tas kresek dan dua ujung sepatu yang kelihatan sangat kusam juga... sehingga membuka sedikit ruang bagi munculnya sedikit baju... yang juga sangat kumal.. mau tak mau mataku melirik ke pemiliknya... seorang tua.. seperti 50 tahunan lebih.. berbaju putih yang sudah berwarna kecoklatan... menutupi beberapa biji kaos yang juga dipakainya... rambutnya putih.. dengan beberapa helai warna hitam yang terlihat sok muda.. kumis putih... terlihat kontras dengan kerut wajahnya yang hitam terbakar sinar mentari.... dan bibirnya tersenyum-senyum... seperti menghapus semua penderitaan yang seharusnya terlukis diwajahnya oleh beban hidupnya.....

ups... sreeeggggg.... pergeseran kotak amal menggunggah lirikanku... (hks... ide kotak amal berjalan selalu ada di komunitas orang islam indonesia yang sedang ngumpul... seperti sebuah stempel pengesahan atas malasnya kita menyisihkan uang bagi makhluk lain)... dan setelah giliranku mengisi... ku geser kotak kayu besar ini ke bapak tua yang kulirik tadi... kotak seperti tak bersambut... namun.. tangan si bapak sibuk mencari disaku celananya yang hitam kumal.. tidak ada apa-apa... mencari di saku bajunya.. tidak ketemu... merogoh di saku tas... ahhhh... terangkat oleh tangan kanannya... koin 50 perak... diperhatikan sebentar olehnya.. dicium oleh bibir tuanya... dan diiringi senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya itu... dimasukkan ke kotak amal kayu itu....

hks... tak terasa airmataku mengalir menghormat pada lelaki disebelahku ini... 50 perak... saat itu mungkin hanya sebiji gorengan yang bisa ditukar oleh koin itu... namun mungkin dia harus semakin menghitamkan kulitnya dengan sinar mentari agar bisa memperolehnya.. 50 perak itu rasanya bisa sangat berguna bagi perut kempis tuanya.... bisa berguna bagi keluarga dan anak-anaknya... kalolah di punya..... tetapi..dia masih sempat berpikir untuk memberikan pada makhluk lain... ah.. bukan berpikir lagi... namun "bertindak" memberikan bagi orang lain... diiringi kecupan sepenuh hati dan senyuman sepenuh jiwa..

kembali kuperhatikan bajunya yang putih kecoklatan itu... itulah mungkin baju terbaik dan terbersih yang dia punya... yang khusus dipakainya untuk bertamu dan bertemu denganmu di jumat itu... 50 perak tadi... itulah mungkin koin terakhir yang dia miliki.. yang dia siapkan khusus di saat dia bertamu dan bertemu denganmu... tas kulit tua itu seperti membungkus segala hal yang tidak layak ada ketika dia bertamu dan bertemu denganmu... semuanya itu.. seperti dia siapkan untuk menyambut jumatmu..

sekarang..... seperti kebingungan mataku melirik... tidak kutemukan lagi kusam dan kumalnya tas kulit.. tak kutemukan lagi kusam dan kumalnya baju... semua seperti bersinar terang... diliputi cahaya yang berpendar tenang dari titik dadanya.... semua seperti berebut memancarkan kasih sayangmu.... seluruh titik tubuhku seperti harus bersujud bermakmum kepada orang tua disebelahku ini...ikut bersama memujimu...

setitik ini
telah kau beri lagi
sebagai awal untukku mencari
nikmat hari jumat
yang lama telah pergi
saito-mo
semoga masih ada jumat lagi

Wednesday, January 04, 2006

semedi

semedi... jika terucap kata ini selalu saja angan berlari ke gua-gua sepi terpencil.. atau tempat wingit dibawah pohon besar.. atau kamar tertutup sepi.. atau jika ingin agak hebat.. melayang ke tempat-tempat yang dianggap suci yang untuk masuknya kita harus copot sendal dan bersuci dulu.. bahkan mungkin kita harus jalan "ngesot" sebagai penghormatan atas tempat yang dianggap suci ini..

semedi... menahan diri... kalau kita semedi ditempat sepi atau kamar tertutup... tentu saja kita gak akan makan minum.. karena memang gak ada makanan dan minuman... tentu saja kita gak akan bernafsu untuk main sex.. karena memang gak ada cewe seksi berbaju terbuka (kecuali ada jin cewe iseng membawa makanan dan telanjang didepan kita yang sedang semedi)... tentu saja kita gak ingin beli ini itu.. karena memang gak ada yang jualan... dan mungkin gak ada yang bawa uang... dan beberapa hal lain yang pasti tidak kita lakukan karena memang gak ada trigger yang membuat kita melakukannya.... hanya satu mungkin yang sangat menggoda jika kita sedang semedi seperti itu... yaitu meninggalkan tempat semedi yang sepi itu.... hahahaha...

namun.. beberapa hari sekitar tahun baru ini.. aku terpaksa menggunakan kata semedi untuk melukiskan apa yang terjadi didiriku ini... sering berjalan-jalan dikeramaian pusat pertokoan elektronik dan komputer.. melihat-lihat pusat makanan... dan harus menahan diri agar tidak membeli.. selain karena apato yang sempit.. tentu saja karena harus menghitung ulang berapa uang harus dikeluarkan untuk memindah-mindahkan barang-barang tersebut dari toko ke apato ataupun ke dalam perutku....

hihihi... jika mau melamun sedikit (maaf kugunakan kata melamun instead of merenung atau bepikir... ).. beban manusia semakin kesini.. rasanya semakin berat... ketika semua sisi kehidupan seperti pusat pertokoan menawarkan gemerlapnya "kesenangan" dan "kenikmatan"... sementara sebagian besar orang tidak memiliki kemampuan menggapai semua tawaran itu... akhirnya.. tentu mengambil milik orang lain untuk membayar tawaran-tawaran tersebut.. tentu saja menganggap semua menjadi milik sendiri... sehingga kita bisa menikmati tawaran-tawaran itu...

bagi diriku ini.. yang saat ini tidak memiliki kesempatan untuk mengambil milik orang.. yang belum memiliki kesempatan untuk menganggap milik orang adalah milikku... tentu lebih mudah bertahan untuk semedi dan tidak mengambilnya... namun.. bagi beliau-beliau yang selalu bergelimang kesempatan untuk mengambil barang orang lain... tentu akan merasa sangat berat sekali melakukan semedi.... dan sangat manusiawi (indonesia banget) jika akhirnya beliau-beliau ini berebut untuk mengambil barang orang lain... berebut untuk merasakan kesenangan dan kenikmatan itu....

hihihi lagi... mungkin sekarang para jin dan setan klenik harus merubah persyaratan bagi-bagi ilmunya... kalau dulu harus menahan lapar dan nafsu ditempat sepi... sekarang perlu diganti dengan menahan lapar direstoran atau pujasera.. menahan nafsu di kamar hotel bersama cewe seksi... atau jika ilmunya mau lebih hebat lagi... harus bisa menahan "keinginan" mengambil barang orang ketika kita bergelimang kesempatan untuk itu...

hehehe... wong dolan-dolan ke toko komputer koq jadi mikirin semedi...

sudah dekatkah aku padamu?
atau semakin jauh?
hanya diriku yang tahu
atas petunjukmu
saito-mo
dingin membakar keinginan