ngejreng
sering aku bingung dengan istilah ngejreng... sebenarnya yang dimaksud ngejreng itu yang gimana?.. karena warnanya yang cerah? yang mencorong? atau hanya karena orang-orang jarang mau memakainya?..
dulu sekali... ketika pertama kalinya aku mampu beli jam merk swatch.. dengan serta merta aku memilih yang berwarna biru tua metalik... karena warnanya begitu menarik hatiku dan... tentu saja karena saat itu barang ini diskon gede... hihihihi..
ketika pertama kali kupakai swatch biru ini di tempat umum... serta merta teman-temanku komentar... "hoeyyy.... ngejreng kalipun arloji kau ini lay!!!!"... sempat terpana pulak daku ini mendengar komentar itu... karena kurasa warna biru itu sangat biasa... cuma jarang orang seumuranku yang pake... dan setelah reda terpanaku.. balik aku bertanya "lho???... gimana dengan arloji warna kuning emasmu yang menyala ini??.. ngejreng gak?.. kenapa arlojiku yang biru tua metalik tidak mencorong begini koq dibilang ngejreng?.."... hihihi.. gantian dia yang terpana... mungkin terheran-heran ketika aku bilang ngejreng atas arloji warna emasnya yang begitu banyaknya orang memakai dan gak pernah bilang ngejreng... hihihi lagi
sekali lagi aku merasa... aneh, ngejreng, tidak biasa, dll.. hanyalah masalah persepsi umum... bukan merupakan substansi atas sebuah sesuatu... so.. kenapa kita begitu terpengaruh dengan persepsi bersama??...
sebenarnya tak ingin kusebut namamu
tapi tetap saja namamu bergaung didadaku
saito-mo
namaku berarti satu yang unik
membaca
nagoya.. hari ini sekali lagi aku mengunjunginya.. dan sekali lagi aku terperangah dalam perjalanan.. menikmati kalimat-kalimatmu yang diukir begitu indah oleh orang jepang..
dengan alam yang bergunung dan berjurang.. huruf-hurufmu seperti berserakan tak tentu... dan begitu sulit dibaca... namun.. orang jepang... begitu rajin.. begitu tekun.. begitu antusias... dan begitu hati-hati mencoba menyusun setiap hurufmu... menjadi kalimat-kalimat indah yang melenakan..
gunung-gunung di tembus... jurang-jurang di jembatani... tanah-tanah ditanya dengan baik-baik.. di koma mana dia ingin beristirahat.. di titik mana dia ingin berhenti... air-air diajak berdialog dengan mesra... agar mau berbaris dengan santun... hutan-hutan dicium dengan penuh rasa.. agar lambaian daunnya menghiasi huruf-hurufmu... beton dan baja di make up dengan seronok.. agar kaligrafi kalimatmu semakin menggoda...
dan memang orang jepang adalah tangan-tanganmu.. yang begitu dalam menorehkan huruf-hurufmu.. menjadi kalimat-kalimat yang begitu mudahnya dibaca.. bahkan oleh orang paling awam sekalipun..
dan memang orang jepang adalah khalifahmu... yang begitu arifnya memimpin makhlukmu yang lain.. menjadi sebuah harmoni yang tak terkira....
benarkah?
dengan mengaku sebagai pengikutmu
adalah cukup untuk menjadi khalifahmu
saito-mo
angin begitu kencang
beramal
gak tahu kenapa... tiba-tiba saja ingantanku melayang ketika dulu sekali sedang jumatan di masjid salman bandung... ehmm... mungkin karena sudah berkali-kali gak jumatan.. sehingga kepala tiba-tiba di'gerujuk' dengan nuansa jumatan...
saat itu.. seperti biasa.. masjid salman dipenuhi oleh para jamaah yang berjubel.. shaf-shaf meski lurus terlihat keriting karena seperti tak mampu menyediakan sela bagi yang ingin duduk di dalam.. di emperan dan halaman masjidpun.. koran-koran bertebaran sebagai alas sekaligus bahan bacaan pengisi 'kepala' saat khutbah sedang mengalun... menyelinap diantara barisan tua muda laki perempuan pengemis yang berjajar rapi menjajakan penderitaan diri masing-masing...
untungnya saya masih sempat duduk didalam ruangan.. sehingga tidak perlu menutup mata dari koran dan theather penderitaan pengemis tadi... tiba-tiba.. ups.. seseorang menepuk bahu saya.. minta bergeser sedikit kesamping agar ada sedikit ruang baginya duduk... sedikit bergeser.. tentu saja... dan sebuah tas begedebug lirih diiringi duduknya seseorang.. agak kedepan.. maklum begitu sempitnya ruang.. sehingga membentuk keritingan shaf...
dengan iseng kulirik ke samping... tas kulit... yang tua kusam, kumal dan mblendhuk (menggelembung).. dan di mulut tas berebut keluar tas kresek dan dua ujung sepatu yang kelihatan sangat kusam juga... sehingga membuka sedikit ruang bagi munculnya sedikit baju... yang juga sangat kumal.. mau tak mau mataku melirik ke pemiliknya... seorang tua.. seperti 50 tahunan lebih.. berbaju putih yang sudah berwarna kecoklatan... menutupi beberapa biji kaos yang juga dipakainya... rambutnya putih.. dengan beberapa helai warna hitam yang terlihat sok muda.. kumis putih... terlihat kontras dengan kerut wajahnya yang hitam terbakar sinar mentari.... dan bibirnya tersenyum-senyum... seperti menghapus semua penderitaan yang seharusnya terlukis diwajahnya oleh beban hidupnya.....
ups... sreeeggggg.... pergeseran kotak amal menggunggah lirikanku... (hks... ide kotak amal berjalan selalu ada di komunitas orang islam indonesia yang sedang ngumpul... seperti sebuah stempel pengesahan atas malasnya kita menyisihkan uang bagi makhluk lain)... dan setelah giliranku mengisi... ku geser kotak kayu besar ini ke bapak tua yang kulirik tadi... kotak seperti tak bersambut... namun.. tangan si bapak sibuk mencari disaku celananya yang hitam kumal.. tidak ada apa-apa... mencari di saku bajunya.. tidak ketemu... merogoh di saku tas... ahhhh... terangkat oleh tangan kanannya... koin 50 perak... diperhatikan sebentar olehnya.. dicium oleh bibir tuanya... dan diiringi senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya itu... dimasukkan ke kotak amal kayu itu....
hks... tak terasa airmataku mengalir menghormat pada lelaki disebelahku ini... 50 perak... saat itu mungkin hanya sebiji gorengan yang bisa ditukar oleh koin itu... namun mungkin dia harus semakin menghitamkan kulitnya dengan sinar mentari agar bisa memperolehnya.. 50 perak itu rasanya bisa sangat berguna bagi perut kempis tuanya.... bisa berguna bagi keluarga dan anak-anaknya... kalolah di punya..... tetapi..dia masih sempat berpikir untuk memberikan pada makhluk lain... ah.. bukan berpikir lagi... namun "bertindak" memberikan bagi orang lain... diiringi kecupan sepenuh hati dan senyuman sepenuh jiwa..
kembali kuperhatikan bajunya yang putih kecoklatan itu... itulah mungkin baju terbaik dan terbersih yang dia punya... yang khusus dipakainya untuk bertamu dan bertemu denganmu di jumat itu... 50 perak tadi... itulah mungkin koin terakhir yang dia miliki.. yang dia siapkan khusus di saat dia bertamu dan bertemu denganmu... tas kulit tua itu seperti membungkus segala hal yang tidak layak ada ketika dia bertamu dan bertemu denganmu... semuanya itu.. seperti dia siapkan untuk menyambut jumatmu..
sekarang..... seperti kebingungan mataku melirik... tidak kutemukan lagi kusam dan kumalnya tas kulit.. tak kutemukan lagi kusam dan kumalnya baju... semua seperti bersinar terang... diliputi cahaya yang berpendar tenang dari titik dadanya.... semua seperti berebut memancarkan kasih sayangmu.... seluruh titik tubuhku seperti harus bersujud bermakmum kepada orang tua disebelahku ini...ikut bersama memujimu...
setitik ini
telah kau beri lagi
sebagai awal untukku mencari
nikmat hari jumat
yang lama telah pergi
saito-mo
semoga masih ada jumat lagi
semedi
semedi... jika terucap kata ini selalu saja angan berlari ke gua-gua sepi terpencil.. atau tempat wingit dibawah pohon besar.. atau kamar tertutup sepi.. atau jika ingin agak hebat.. melayang ke tempat-tempat yang dianggap suci yang untuk masuknya kita harus copot sendal dan bersuci dulu.. bahkan mungkin kita harus jalan "ngesot" sebagai penghormatan atas tempat yang dianggap suci ini..
semedi... menahan diri... kalau kita semedi ditempat sepi atau kamar tertutup... tentu saja kita gak akan makan minum.. karena memang gak ada makanan dan minuman... tentu saja kita gak akan bernafsu untuk main sex.. karena memang gak ada cewe seksi berbaju terbuka (kecuali ada jin cewe iseng membawa makanan dan telanjang didepan kita yang sedang semedi)... tentu saja kita gak ingin beli ini itu.. karena memang gak ada yang jualan... dan mungkin gak ada yang bawa uang... dan beberapa hal lain yang pasti tidak kita lakukan karena memang gak ada trigger yang membuat kita melakukannya.... hanya satu mungkin yang sangat menggoda jika kita sedang semedi seperti itu... yaitu meninggalkan tempat semedi yang sepi itu.... hahahaha...
namun.. beberapa hari sekitar tahun baru ini.. aku terpaksa menggunakan kata semedi untuk melukiskan apa yang terjadi didiriku ini... sering berjalan-jalan dikeramaian pusat pertokoan elektronik dan komputer.. melihat-lihat pusat makanan... dan harus menahan diri agar tidak membeli.. selain karena apato yang sempit.. tentu saja karena harus menghitung ulang berapa uang harus dikeluarkan untuk memindah-mindahkan barang-barang tersebut dari toko ke apato ataupun ke dalam perutku....
hihihi... jika mau melamun sedikit (maaf kugunakan kata melamun instead of merenung atau bepikir... ).. beban manusia semakin kesini.. rasanya semakin berat... ketika semua sisi kehidupan seperti pusat pertokoan menawarkan gemerlapnya "kesenangan" dan "kenikmatan"... sementara sebagian besar orang tidak memiliki kemampuan menggapai semua tawaran itu... akhirnya.. tentu mengambil milik orang lain untuk membayar tawaran-tawaran tersebut.. tentu saja menganggap semua menjadi milik sendiri... sehingga kita bisa menikmati tawaran-tawaran itu...
bagi diriku ini.. yang saat ini tidak memiliki kesempatan untuk mengambil milik orang.. yang belum memiliki kesempatan untuk menganggap milik orang adalah milikku... tentu lebih mudah bertahan untuk semedi dan tidak mengambilnya... namun.. bagi beliau-beliau yang selalu bergelimang kesempatan untuk mengambil barang orang lain... tentu akan merasa sangat berat sekali melakukan semedi.... dan sangat manusiawi (indonesia banget) jika akhirnya beliau-beliau ini berebut untuk mengambil barang orang lain... berebut untuk merasakan kesenangan dan kenikmatan itu....
hihihi lagi... mungkin sekarang para jin dan setan klenik harus merubah persyaratan bagi-bagi ilmunya... kalau dulu harus menahan lapar dan nafsu ditempat sepi... sekarang perlu diganti dengan menahan lapar direstoran atau pujasera.. menahan nafsu di kamar hotel bersama cewe seksi... atau jika ilmunya mau lebih hebat lagi... harus bisa menahan "keinginan" mengambil barang orang ketika kita bergelimang kesempatan untuk itu...
hehehe... wong dolan-dolan ke toko komputer koq jadi mikirin semedi...
sudah dekatkah aku padamu?
atau semakin jauh?
hanya diriku yang tahu
atas petunjukmu
saito-mo
dingin membakar keinginan