Thursday, January 24, 2008

alive

peluk
peluklah aku

dekap
dekaplah aku

pandang
pandanglah aku

jangan ada setitik jarakpun
yang memisahkan kita

hatiku

puskom
hatiku

merdeka

merdekakah jiwaku
jika masih sering muncul ketakuan dihatiku

merdekakah mataku
jika masih tak mampu kupandang tanpa halangan

merdekakah mulutku
jika masih tak mampu kusebut namamu

merdekakah kakiku
jika masih tak ikut dia padaku

merdekakah aku

puskom
met ultah

hks

hks..
aliran darahku seperti berhenti.. darahku seperti beku.. dan denyut jantungku berpacu dengan waktu..

mataku.. pedih tak tertahankan..

hatiku..
lebih terasa menyakitkan..

hurt like brand new shoes lah everythingku saat ini..

trus...
what should I do???

puskom
kaco

Tuesday, January 22, 2008

weakness

betapa terkejut aku ketika teman jepangku berkomentar " at last you have weak point" ketika dia tahu aku ga berani di tempat ketinggian.

dan lebih yang lebih mengagetkan lagi ketika teman akrabku ketika dulu di tempat jauh juga ikut berkomentar "kowe duwe wedi juga ya" ketika aku cerita tentang penerbanganku yang menakutkan di cuaca buruk.

sebenarnya, komentar-komentar itu hanyalah seperti mentari besar yang mencorong terang yang sebelumnya diawali oleh riak riak api yang dilontarkan oleh beberapa temanku yang lain yang mungkin kuanggap sebagai angin lalu saja..

tentu saja mentari itu seperti menggugah rasaku untuk segera melamun menjelajahi segala gerak yang ada didiriku ini. kadang-kadang didalam seperti kutemukan arogansi yang berdiri tegak sehingga membuat orang harus menunduk. sering kujumpai kepura-puraan yang menutupi semuanya itu..
hks.. aku belum bisa menyelesaikan ini sekarang
mungkin nanti lagi

puskom
ngantuk puol banyak tugas

Tuesday, January 15, 2008

nafsu

sering aku dibuat terperangah oleh gerakan-gerakan yang dilakukan oleh nafsuku.. benar-benar ga terkontrol. sampai saat ini aku belum menemukan kekuatan apa yang kupunya yang bisa dan mampu membekuk nafsuku ini agar menjadi binatang jinak yang selalu mengusap lembut kulit jiwaku..

atau.. memang karena aku ga serius untuk mencapai maqam yang mumpuni sehingga mempunyai ilmu pengasihan yang sakti yang mampu memelet nafsuku sehingga selalu mau mengikuti diriku ini...

atau.. jangan-jangan diriku hanya nafsu itu sendiri... hks...

selalu
terlontar harapan dari inginku
agar turun hangatmu
tuk membakar nafsuku

ambacang padang
memikat nafsu

Thursday, January 10, 2008

tahun baru jawa, hijriah dan masehi

belum rusak terompet-terompet yang ditiup keras taun baru kemaren.. eh.. semalem pas aku telpun kakak sepupuku.. dia bilang kalo hari ini juga taun baru.. sehingga sehingga ga ada tukang pijet yang mau mijeti daku... dan pagi ini dapet tulisan gus mus di jawapos.. menarik.. mangga diwaos menawi kerso..

Kamis, 10 Jan 2008,
Bertambah Usia kok Dirayakan

Oleh A. Mustofa Bisri *
Kawan, Sudah tahun baru lagi
Belum juga tibakah saatnya kita menunduk
memandang diri sendiri
Bercermin firman Tuhan
Sebelum kita dihisab-Nya (A. Mustofa Bisri, Antologi Puisi Tadarus)

Tahun ini, Tahun Baru Hijriah hampir bersamaan dengan Tahun Baru Masehi. Biasanya, Tahun Baru Masehi disambut dengan hiruk-pikuk luar biasa. Sementara Tahun Baru Hijriah yang sering diidentikkan dengan tahun Islam, tidak demikian. Tidak ada trek-trekan sepeda motor di jalanan. Tidak ada terompet. Tidak ada panggung-panggung hiburan di alun-alun.

Yang ada di sebagian masjid, kaum muslimin berkumpul berjamaah salat Asar -meski biasanya tidak- lalu bersama-sama berdoa akhir tahun; memohon agar dosa-dosa di tahun yang hendak ditinggalkan diampuni oleh Allah dan amal-amal diterima oleh-Nya. Kemudian, menunggu salat Magrib -biasanya tidak- dan salat berjamaah lalu bersama-sama berdoa awal tahun. Memohon kepada Allah agar di tahun baru dibantu melawan setan dan antek-anteknya, ditolong menundukkan hawa nafsu, dan dimudahkan untuk melakukan amal-amal yang lebih mendekatkan kepada Allah.

Memang agak aneh, paling tidak menurut saya, jika tahun baru disambut dengan kegembiraan. Bukankah tahun baru berarti bertambahnya umur? Kecuali bila selama ini umur memang digunakan dengan baik dan efisien. Kita tahu umur digunakan secara baik dan efisien atau tidak, tentu saja, bila kita selalu melakukan muhasabah atau evaluasi. Minimal setahun sekali. Jika tidak, insya Allah kita hanya akan mengulang-ulang apa yang sudah; atau bahkan lebih buruk daripada yang sudah. Padahal ada dawuh: "Barangsiapa yang hari-harinya sama, dialah orang yang merugi; barangsiapa yang hari ini-nya lebih buruk daripada kemarin-nya, celakalah orang itu."

Bila kita amati kehidupan kaum muslimin di negeri kita ini sampai dengan pengujung 1428, boleh jadi, kita bingung mengatakannya. Apakah kehidupan kaum muslimin -yang merupakan mayoritas ini- selama ini menggembirakan atau menyedihkan. Soalnya, dari satu sisi, kehidupan keberagamaan terlihat begitu hebat di negeri ini.

Kitab suci Alquran tidak hanya dibaca di masjid, di musala, atau di rumah-rumah pada saat senggang, tapi juga dilomba-lagukan dalam MTQ-MTQ. Bahkan, pada bulan Ramadan diteriakkan oleh pengeras suara-pengeras suara tanpa pandang waktu. Lafal-lafalnya ditulis indah-indah dalam lukisan kaligrafi. Malah dibuatkan museum agar mereka yang sempat dapat melihat berbagai versi kitab suci itu dari yang produk kuno hingga yang modern; dari yang berbentuk mini hingga raksasa.

Akan halnya nilai-nilai dan ajarannya, juga sesekali dijadikan bahan khotbah dan ceramah para ustad. Didiskusikan di seminar-seminar dan halaqah-halaqah. Bahkan, sering dicuplik oleh beberapa politisi muslim pada saat kampanye atau rapat-rapat partai.

Secara "ritual" kehidupan beragama di negeri ini memang dahsyat. Lihatlah. Hampir tidak ada tempat ibadah yang jelek dan tak megah. Dan orang masih terus membangun dan membangun masjid-masjid secara gila-gilaan. Bahkan, di Jakarta ada yang membangun masjid berkubah emas. Saya tidak tahu apa niat mereka yang sesungguhnya membangun rumah-rumah Tuhan sedemikian megah. Tentu bukan untuk menakut-nakuti hamba-hamba Tuhan yang miskin di sekitar rumah-rumah Tuhan itu.

Tapi bila Anda bertanya kepada mereka, insya Allah mereka akan menjawab, "Agar dibangunkan Allah istana di surga kelak". Mungkin dalam pikiran mereka, semakin indah dan besar masjid yang dibangun, akan semakin besar dan indah istana mereka di surga kelak.

(Terus terang bila teringat fungsi masjid dan kenyataan sepinya kebanyakan masjid-masjid itu dari jamaah yang salat bersama dan beri’tikaf, timbul su’uzhzhan saya: jangan-jangan mereka bermaksud menyogok Tuhan agar kelakuan mereka tidak dihisab).

Tidak ada musala, apalagi masjid, yang tidak memiliki pengeras suara yang dipasang menghadap ke empat penjuru mata angin untuk melantunkan tidak hanya azan. Bahkan, ada yang sengaja membangun menara dengan biaya jutaan hanya untuk memasang corong-corong pengeras suara.

Azan pun yang semula mempunyai fungsi memberitahukan datangnya waktu salat, sudah berubah fungsi menjadi keharusan "syiar" sebagai manifestasi fastabiqul khairaat; sehingga sering merepotkan mereka yang ingin melaksanakan anjuran Rasulullah SAW: untuk menyahuti azan.

Jamaah zikir, istighatsah, mujahadah, dan muhasabah menjamur di desa-desa dan kota-kota. Terutama di bulan Ramadan, tv-tv penuh dengan tayangan program-program "keagamaan". Artis-artis berbaur dan bersaing dengan para ustad memberikan "siraman rohani" dan zikir bersama yang menghibur.

Jumlah orang yang naik haji setiap tahun meningkat, hingga di samping ketetapan kuota, Departemen Agama perlu mengeluarkan peraturan pembatasan. Setiap hari orang berumrah menyaingi mereka yang berpiknik ke negara-negara lain.

Jilbab dan sorban yang dulu ditertawakan, kini menjadi pakaian yang membanggakan. Kalimat thoyyibah, seperti Allahu Akbar dan Subhanallah tidak hanya diwirid-bisikkan di masjid-masjid dan musala-musala, tapi juga diteriak-gemakan di jalan-jalan.

Label-label Islam tidak hanya terpasang di papan-papan sekolahan dan rumah sakit; tidak hanya di AD/ART-AD/ART organisasi sosial dan politik; tidak hanya di kaca-kaca mobil dan kaus-kaus oblong; tapi juga di lagu-lagu pop dan puisi-puisi.

Pemerintah Pancasila juga dengan serius ikut aktif mengatur pelaksanaan haji, penentuan awal Ramadan dan ’Id. MUI-nya mengeluarkan label halal (mengapa tidak label haram yang jumlahnya lebih sedikit?) demi menyelamatkan perut kaum muslimin dari kemasukan makanan haram.

Pejuang-pejuang Islam dengan semangat jihad fii sabiilillah mengawasi dan kalau perlu menindak -atas nama amar ma’ruuf dan nahi ’anil munkar- mereka yang dianggap melakukan kemungkaran dan melanggar peraturan Tuhan. Tidak cukup dengan fatwa-fatwa MUI, daerah-daerah terutama yang mayoritas penduduknya beragama Islam pun berlomba-lomba membuat perda syariat.

Semangat keagamaan dan kegiatan keberagamaan kaum muslimin di negeri ini memang luar biasa. Begitu luar biasanya hingga daratan, lautan, dan udara di negeri ini seolah-olah hanya milik kaum muslimin. Takbir menggema di mana-mana, siang dan malam.

Meski namanya negara Pancasila dengan penduduk majemuk, berbagai agama diakui, namun banyak kaum muslimin -terutama di daerah-daerah yang mayoritas penduduknya beragama Islam- seperti merasa paling memiliki negara ini.

Barangkali karena itulah, banyak yang menyebut bangsa negeri ini sebagai bangsa religius.

Namun, marilah kita tengok sisi lain untuk melihat kenyataan yang ironis dalam kehidupan bangsa yang religius ini. Semudah melihat maraknya kehidupan ritual keagamaan yang sudah disinggung tadi, dengan mudah pula kita bisa melihat banyak ajaran dan nilai-nilai mulia agama yang seolah-olah benda-benda asing yang tak begitu dikenal.

Tengoklah. Kebohongan dan kemunafikan sedemikian dominannya hingga membuat orang-orang yang masih jujur kesepian dan rendah diri.

Rasa malu yang menjadi ciri utama pemimpin agung Muhammad SAW dan para sahabatnya tergusur dari kehidupan oleh kepentingan-kepentingan terselubung dan ketamakan.

Disiplin yang dididikkan agama seperti azan pada waktunya, salat pada watunya, haji pada waktunya, dsb. tidak sanggup mengubah perangai ngawur dan melecehkan waktu dalam kehidupan kaum beragama.

Plakat-plakat bertulisan "An-nazhaafatu minal iimaan" dengan terjemahan jelas "Kebersihan adalah bagian dari iman", diejek oleh kekumuhan, tumpukan sampah, dan kekotoran hati di mana-mana.

Kesungguhan yang diajarkan Quran dan dicontohkan Nabi tak mampu memengaruhi tabiat malas dan suka mengambil jalan pintas.

Di atas, korupsi merajalela (Bahkan mantan presiden 32 tahun negeri ini dikabarkan menyandang gelar pencuri harta rakyat terbesar di dunia). Sementara di bawah, maling dan copet merebak.

Jumlah orang miskin dan pengangguran seolah-olah berlomba dengan jumlah koruptor dan mereka yang naik haji setiap tahun.

Nasib hukum juga tidak kalah mengenaskan. Tak perlulah kita capek terus bicara soal mafia peradilan dan banyaknya vonis hukum yang melukai sanubari publik untuk membuktikan buruknya kondisi penegakan hukum negeri ini. Cukuplah satu berita ini: KPK baru-baru ini menangkap Koordinator Bidang Pengawasan Kehormatan Keluhuran Martabat dan Perilaku Hakim Komisi Yudisial saat menerima suap. Selamat Tahun Baru 1429!

Tuesday, January 08, 2008

jiwaku

rasanya penyakit jiwaku kambuh lagi.. nyetir 100 km/jam belum terasa ngebut.. balapan di jalan seperti menjadi kewajiban... hks..

semoga cepat
kuhadirkan dirimu
untuk usir sakitku

puskom
sakit

sedangkan aku

suasana hati ternyata susah dikendalikan. tanpa tau sebab tanpa tau akibat, semangat hidup turun drastis, hati dan rasa menjadi tidak karuan. dan tentu saja otak jadi gak tentu arah.

dan detik ini, aku sedang mengalami hal ini. selalu aku berusaha menelusuri dalam relung dadaku ini, adakah saluran-saluran yang macet karena terlalu sedih atau bahagia, atau mungkin ada cairan-cairan darah yang mengalir terlalu cepat atau terlalu lambat. atau mungkin dunia disekitarku berputar balik.

namun, selalu saja kutemukan tidak ada apa-apa. sehingga aku terjerembab dalam kebingunganku sendiri. dan tentu saja.. jika kebingunan sudah melanda.. hanya satu jalan yang selalu terlintas di depan otakku... duduk, diam, nglamun, untuk sampai padamu.

dan selalu.... terbersit rasa malu hks

masihkan dirimu menerimaku
dengan compang campingku ini
pasti

masihkan dirimu menemuiku
dengan bau busukku ini
pasti

masihkan kauijinkan kusebutmu
dengan lidah kotorku ini
pasti

masihkan

puskom
masih

ingat

sedang akupun berkeinginan
menikmati rasa rinduku padamu
yang berdesakan dalam dada

sedang akupun berkeinginan
melukis wajahmu dihatiku
sebagai sarana
untuk datangku padamu

sedang akupun berkeinginan
menyalakan cahaya matamu di hatiku
untuk mengusir gelap langkahku

sedang akupun berkeinginan
datang padamu

puskom
semoga aku

terang

disaat-saat ini, selalu cahayamu begitu kuharap untuk datang memenuhi ruang dadaku. dalam wujud apapun tentu akan kusambut dengan senyum di hati.

disaat-saat ini, selalu namamu yang ingin kuucap. dalam nada apapun tentu akan selalu kulantunkan.

disaat-saat ini, tentu dirimu yang kuinginkan.

puskom
gerimis menyumpekkan

Monday, January 07, 2008

cheng ho














Jangan dibayangkan gambar di atas adalah bangunan di negeri seberang.. bangunan ini terdapat dekat dengan kita disini. dan pada hari kemaren, dengan bantuan seorang teman saya dapat mencapai tempat tersebut... masjid cheng ho... salah satu tempat yang sejak lama ingin kudatangi (thanks for accompanying me..)

terus terang aku begitu terharu melihat tempat ini. bagiku, tempat ini adalah simbol sebuah perjuangan yang sangat berat.. perjuangan orang minoritas di dalam kelompok yang minoritas. kelompok minoritas ini harus berjuang dalam masyarakat untuk bisa survive dalam hidupnya.. dengan segala perlakuan diskriminasi yang mereka terima.. mereka harus tetap hidup... dan didalam kelompok minoritas ini.. ada lagi grup kecil yang lebih minoritas yang berperilaku berbeda... yang berusaha berperilaku seperti masyarakat mayoritas lainnya...

dan tentu saja.. grup kecil ini seperti dihantam gelombang kiri kanan depan belakang... oleh kelompok minoritas dicibir.. oleh masyarakat mayoritas dicurigai... so.. mereka harus berjalan dengan terseok disenggol kiri kanan untuk maju ke depan.. dan dalam kondisi seperti itulah mesjid cheng ho ini berdiri..

bagiku, mesjid ini adalah simbol usaha memanusiakan manusia. simbol penghargaan manusia sebagai manusia tanpa melihat siapa dan darimana manusia itu berasal. dan penghargaan sebagai manusia inilah yang seringkali tidak kutemukan dalam masyarakatku yang tercinta ini. masyarakat yang selalu mengaku berjalan atas namamu, sehingga sering menyelinap dalam rasaku banyak tanda tanya.. apakah memang engkau membuat kami-kami ini berbeda hanya karena data-data dalam katepe dan passport kami berbeda.. sehingga juga.. kadang muncul pertanyaan.. kenapa harus ada katepe dan passport kalo memang itu hanya membangun sekat-sekat.. hks..

cheng ho.. te ho..

puskom
mokauw