sampai
gelap
pekat
tak bercahaya...
terikat
erat
tak bergerak..
meraba..
hati
merasa..
jiwa
diam..
menuju sampai
saito-mo
gerimis kecil mengguyur jiwa
Sepi
Beberapa minggu terakhir ini terasa sepi sekali.
Aku terjerembab dalam ruang dan waktu yang aku sendiri tidak tahu berada dimana. Seribu teriakan saling bersahut menyebut namaku, seperti pernah kudengar suara mereka.. namun tak mampu kuingat siapa. Semua seperti berebut mengajakku menjadi tamu terhormat diistana mereka.
Istana megah, dara-dara cantik, masakan enak, uang berlimpah.... semua terpampang didepan mata.. ya.. didepan mata.. suguhan setetes anggur berumur ribuan tahun ini begitu nikmat.. elusan tangan bidadarinya begitu lembut... kecupan dara-dara itu begitu memabukkan.... tapi.... tapi semua hanyalah contoh... hanya setetes, hanya seusap, hanya sekecup... Aku harus datang kepada mereka jika ingin semua.. aku harus menjadi tamu mereka jika ingin semua... Dan aku tinggal menganggukan jiwa... tanpa harus berkata "ya"... semua akan menjadi milikku..
Ah... berteduh di istana ini memang nyaman.. dilayani dara cantik memang menggairahkan.. perut kenyang, badan telentang, kaki selonjor tenang, mata terpejam... otak terdiam. Sedang diluar begitu panas, begitu gersang.. wajarkan jika aku tidak mau keluar?...
Hrrrhhh.... bahkan udarapun mampu menjepitku... mendorongku tak ingin keluar... memojokkanku jauh disudut istana-istana ini...
Aku tinggal punya jiwa... eh.. benarkah jiwa ini masih milikku??.. atau dia juga ingin meninggalkan aku?.. benarkah?...
dikau
begitu kotorkah aku?
tak layakkah aku?
dan siapa lagi?
jika bukan dirimu
satu
saito-mo
mendung di pagi menjelang duha