syakur lagi
begitu bertubi-tubi, naik turun, tegang lega, sedih bahagia... dan ternyata semua hanyalah permainan rasa... semu... sangat bergantung bagaimana kita menjaga rasa itu sendiri...
dan aku... tentu saja masih terombang ambing rasa itu, sehingga fluktuasi kenyataan kehidupan sangat berpengaruh pada diriku...
dan ternyata.. begitu berat dan susah menjaga kestabilan rasa agar tidak bergantung pada fluktuasi kenyataan... pantas.. jadi waliyullah sangat susah dan tidak akan diketahui oleh siapapun kecuali allah... bahkan si walipun gak merasa... padahal.. syarat jadi wali selain mengimani allah hanyalah membebaskan rasa dari fluktuasi kehidupan...
dan barang siapa berusaha menunjukkan "kewaliannya"... pastilah allah tak rela jika kekasihnya ternyata menyimpan keinginan dipuji oleh makhluknya...
dan sekali lagi aku menangis
karena tangislah puncak rasa bahagia
disela rapuhnya perasaanku akan kehidupan
masih saja kau menghujani aku dengan kasihmu
setelah tak ada tempat lagi aku berkeluh
tak ada tempat lagi aku bertanya
tak ada tempat lagi aku meminta
dan sekali lagi aku harus bersimpuh
begitu berat beban kasihmu
tak mampu ku berdiri menerimanya
saito-mo
panas dingin bergantian
pro ibuk:
matur suwun donganipun
matur suwun syukuripun dumateng pengeran
puting beliung
sehari...
dan semua memandang tajam
menusuk
menambah debaran
saito-mo
berdebar
syakurrrr...
tak ada keluar kata
tak ada keluar suara
diam
berpaku bumi
hanya debar
hanya air mata
saling berebut memuji
atas sucimu
atas kuasamu
atas sayangmu
saito-mo
harus bertelekan bumi menerima karuniamu
re post
sekedar mengingatkan diriku:
sekali lagi.
aku butuh tempat sembunyi
dan media ini
topeng penipu yang abadi
saito-mo
mengingat dan selalu mengingat
wuyung
aku ingin mencintaimu
seperti cintamu padaku
ajarilah aku
aku ingin membaca
semua puisi cintamu
ajarilah aku
aku ingin datang padamu
sebagai diriku
ajarilah aku
aku ingin
cinta kepadamu
aku
cinta kepadamu
saito-mo
mendung dilangit begitu abu-abu
sampyuh
meski berat, meski harus dengan berjuang keras... sedikit demi sedikit, kerak ku mulai terkikis... meski sangat lemah.. sudah mulai kurasakan getar-getar gelombangmu... semoga aku tidak berhenti.. semoga aku tidak lelah.. semoga semakin keras aku bersedia berusaha...
dan seperti biasa... uluran tanganmu selalu kuharap.. menggandengku jauh.. meninggalkan keramaian ini...
terima kasih
dan engkaupun selalu datang
ketika jeritanku sudah tak bersuara lagi
terima kasih
engkaupun selalu muncul
ketika gelapku tak bercahaya lagi
terima kasih
engkaupun selalu menerima
ketika sendiriku tak berkawan lagi
terima kasih
engkaupun selalu hangat
ketika dingin jiwaku tak tertahankan lagi
terima kasih
ijinkan airmataku menetes
sebagai ungkapan hormat atas lapangmu
sebagai ungkapan hormat atas besarmu
terima kasih
ijinkan mataku berkaca-kaca
sebagai cermin atas adaku
sebagai cermin atas rasaku
terima kasih
engkau yang tak terkalahkan
dan hanya terima kasih
dariku
yang mungkin tak kau butuhkan
terima kasih
engkau yang tak tergantikan
dan hanya terima kasih
dariku
hanya untukmu
saito-mo
meja kerja semakin terasa hambar
sunyimu
aku ingin datang pada sunyimu
ikut diam
dan benar benar diam
aku ingin tenggelam dalam sunyimu
dengan telanjang
dan benar benar telanjang
aku ingin mendengar suara sunyimu
agar bisa kurangkai kata
tanpa mengeja
aku ingin menghirup hawa sunyimu
agar trasa ku sendiri
dan hanya sendiri
engkau yang tak bertepi
hadirkan rasaku untukmu
satukan aku dalam sunyimu
saito-mo
terik penghantar sunyi
lega...
lega bukanlah berarti karena masalah selesai... lega bisa juga karena adanya sebuah perasaan aman meski tetap harus bergelut dengan masalah itu.
siang ini, baru saja ku telpon ibuk, seperti biasa.. beberapa cerita mengalir dari seberang sana.. seperti beriring harmoni dengan keindahan dan kelembutan suara ibukku... dan yang selalu kutunggu adalah diakhir kata... sebuah doa, sebuah dorongan, sebuah usapan,.... bahwa ibuk akan selalu mewujud dalam setiap langkahku...
terima kasih ibuk... sebuah kata yang sangat jarang ku ucapkan untuk kasih sayangmu buk
berdebar
berdetak
lebih kencang dari biasanya
berdebar
berdetak
lebih nyaring dari biasanya
tapi suaramu
tetap akan menyelinap
lembut
mengelus
mewakili kekuatannya
saito-mo
panas menjelang jumatan
gundah
Bangun pagi ini, ternyata hatiku masih terasa gelisah. ketidakpastian yang kuperoleh tengah malam menjelang pagi tadi masih tercatat rapi didalam kepalaku.
Tapi.. masa depan memang bukan sebuah kepastian.. dan aku tetap harus berjalan, dengan kepala tegak.. lurus kedepan
tak ada yang tersisa
dari semua
dan diwaktu ini
akan terasa
siapa dan siapa
tak pernah ada sendiri
kecuali disaat mati
dan
kapankah akan selesai?
saito-mo
tetap gelisah dan senantiasa gundah