Thursday, September 29, 2005

syakur lagi

begitu bertubi-tubi, naik turun, tegang lega, sedih bahagia... dan ternyata semua hanyalah permainan rasa... semu... sangat bergantung bagaimana kita menjaga rasa itu sendiri...

dan aku... tentu saja masih terombang ambing rasa itu, sehingga fluktuasi kenyataan kehidupan sangat berpengaruh pada diriku...

dan ternyata.. begitu berat dan susah menjaga kestabilan rasa agar tidak bergantung pada fluktuasi kenyataan... pantas.. jadi waliyullah sangat susah dan tidak akan diketahui oleh siapapun kecuali allah... bahkan si walipun gak merasa... padahal.. syarat jadi wali selain mengimani allah hanyalah membebaskan rasa dari fluktuasi kehidupan...

dan barang siapa berusaha menunjukkan "kewaliannya"... pastilah allah tak rela jika kekasihnya ternyata menyimpan keinginan dipuji oleh makhluknya...

dan sekali lagi aku menangis
karena tangislah puncak rasa bahagia
disela rapuhnya perasaanku akan kehidupan
masih saja kau menghujani aku dengan kasihmu
setelah tak ada tempat lagi aku berkeluh
tak ada tempat lagi aku bertanya
tak ada tempat lagi aku meminta

dan sekali lagi aku harus bersimpuh
begitu berat beban kasihmu
tak mampu ku berdiri menerimanya

saito-mo
panas dingin bergantian

pro ibuk:
matur suwun donganipun
matur suwun syukuripun dumateng pengeran

Wednesday, September 28, 2005

puting beliung

sehari...
dan semua memandang tajam
menusuk
menambah debaran

saito-mo
berdebar

Tuesday, September 27, 2005

hanya dirimu

Innamaa amruhuu, idza araadza syaian ai yakuula lahu KUN FAYAKUN..
aku hanya bisa bermohon... kun fayakunmu atas hidupku
yang aku mampu menerimanya..

ketika semua telah pergi
ketika semua terasa menghimpit
ketika semua terasa menghujam
tak ada tempat lagi
tak ada siapa lagi
hanya dirimu
satu..

laa qaula wala kuwatta ila billah..
dan aku hanyalah sesuatu tanpa daya..
tanpamu

saito-mo
awal pagi penuh mendung
dingin

Wednesday, September 21, 2005

syakurrrr...

tak ada keluar kata
tak ada keluar suara
diam
berpaku bumi
hanya debar
hanya air mata
saling berebut memuji
atas sucimu
atas kuasamu
atas sayangmu
saito-mo
harus bertelekan bumi menerima karuniamu

Tuesday, September 20, 2005

re post

sekedar mengingatkan diriku:
sekali lagi.
aku butuh tempat sembunyi
dan media ini
topeng penipu yang abadi
saito-mo
mengingat dan selalu mengingat

wuyung

aku ingin mencintaimu
seperti cintamu padaku
ajarilah aku

aku ingin membaca
semua puisi cintamu
ajarilah aku

aku ingin datang padamu
sebagai diriku
ajarilah aku

aku ingin
cinta kepadamu
aku
cinta kepadamu
saito-mo
mendung dilangit begitu abu-abu

sampyuh

meski berat, meski harus dengan berjuang keras... sedikit demi sedikit, kerak ku mulai terkikis... meski sangat lemah.. sudah mulai kurasakan getar-getar gelombangmu... semoga aku tidak berhenti.. semoga aku tidak lelah.. semoga semakin keras aku bersedia berusaha...

dan seperti biasa... uluran tanganmu selalu kuharap.. menggandengku jauh.. meninggalkan keramaian ini...

terima kasih
dan engkaupun selalu datang
ketika jeritanku sudah tak bersuara lagi

terima kasih
engkaupun selalu muncul
ketika gelapku tak bercahaya lagi

terima kasih
engkaupun selalu menerima
ketika sendiriku tak berkawan lagi

terima kasih
engkaupun selalu hangat
ketika dingin jiwaku tak tertahankan lagi

terima kasih
ijinkan airmataku menetes
sebagai ungkapan hormat atas lapangmu
sebagai ungkapan hormat atas besarmu

terima kasih
ijinkan mataku berkaca-kaca
sebagai cermin atas adaku
sebagai cermin atas rasaku

terima kasih
engkau yang tak terkalahkan
dan hanya terima kasih
dariku
yang mungkin tak kau butuhkan

terima kasih
engkau yang tak tergantikan
dan hanya terima kasih
dariku
hanya untukmu
saito-mo
meja kerja semakin terasa hambar

Thursday, September 08, 2005

sunyimu

aku ingin datang pada sunyimu
ikut diam
dan benar benar diam

aku ingin tenggelam dalam sunyimu
dengan telanjang
dan benar benar telanjang

aku ingin mendengar suara sunyimu
agar bisa kurangkai kata
tanpa mengeja

aku ingin menghirup hawa sunyimu
agar trasa ku sendiri
dan hanya sendiri

engkau yang tak bertepi
hadirkan rasaku untukmu
satukan aku dalam sunyimu

saito-mo
terik penghantar sunyi


Friday, September 02, 2005

lega...

lega bukanlah berarti karena masalah selesai... lega bisa juga karena adanya sebuah perasaan aman meski tetap harus bergelut dengan masalah itu.

siang ini, baru saja ku telpon ibuk, seperti biasa.. beberapa cerita mengalir dari seberang sana.. seperti beriring harmoni dengan keindahan dan kelembutan suara ibukku... dan yang selalu kutunggu adalah diakhir kata... sebuah doa, sebuah dorongan, sebuah usapan,.... bahwa ibuk akan selalu mewujud dalam setiap langkahku...

terima kasih ibuk... sebuah kata yang sangat jarang ku ucapkan untuk kasih sayangmu buk

berdebar
berdetak
lebih kencang dari biasanya

berdebar
berdetak
lebih nyaring dari biasanya

tapi suaramu
tetap akan menyelinap
lembut
mengelus
mewakili kekuatannya

saito-mo
panas menjelang jumatan

kamu

aku sedang teringat kepada ibuk...
aku juga sedang terkenang kepada alm bapak..
aku meneteskan air mata..
aku sedang merasa bebal hati..
aku seperti tak mampu menggapai
aku sedang menggali sejarah jiwa
aku berusaha seperti biasa
aku selalu mencarimu
aku ingin teriak
aku berharap bertemumu
aku gelisah
aku tak tentu arah
aku menjerit lirih.. dan pasti kau dengar
aku ingin berkawan dengan para malaikat
aku ingin meninggalkan para setan
aku sedang menulis masa depan
aku sedang berhenti
aku sedang jatuh
aku sedang tidur
aku sedang berubah
aku terjebak laba-laba waktu
aku sedang mengetik
aku
aku
aku
.................
.........................
.............................
..................................
aku
......... diam..
..........tenang..
..........tenang..

saito-mo
aku

gundah

Bangun pagi ini, ternyata hatiku masih terasa gelisah. ketidakpastian yang kuperoleh tengah malam menjelang pagi tadi masih tercatat rapi didalam kepalaku.

Tapi.. masa depan memang bukan sebuah kepastian.. dan aku tetap harus berjalan, dengan kepala tegak.. lurus kedepan

tak ada yang tersisa
dari semua
dan diwaktu ini
akan terasa
siapa dan siapa

tak pernah ada sendiri
kecuali disaat mati

dan
kapankah akan selesai?

saito-mo
tetap gelisah dan senantiasa gundah