Thursday, October 27, 2005

Ibuk

hari rabu minggu kemaren, 19 oktober 2005, 15 ramadlan 1926 H, rabu wage... hihihi lengkap... pada hari itu, delapan tahun lalu, hari yang sama, bulan yang sama, weton yang sama... bapak meninggalkan kami.. aku, ibuk dan kakak2ku...

beberapa minggu sebelumnya.. ibuk sudah woro-woro kepadaku..."lee... puasa ini delapan tahun bapakmu seda,.. ibuk akan slametan lagi... kebetulan.. hari, tanggal dan pasaranya sama... mungkin memang setiap 8 tahun... waktu berputar sama seperti sebelumnya"...

ehm... woro-woro ibuk ini mengusik ingatanku.. betapa sering ibuk bertanya kepadaku.. "lee.. opo masih sering mendoakan bapakmu setelah sholat??".. dengan malu kujawab "iya".. meski kadang bolong juga.. dan selalu pertanyaan ibuk akan berlanjut.. "opo mas lan mbakmu juga masih ngirim doa ke bapakmu??"... hks.. semoga.. meski mungkin mereka disibukkan kebutuhan hidup mereka masing-masing....

mungkin woro-woro dan pertanyaan ibuk yang sering ini bukan sesuatu yang istimewa bagi orang lain... tapi bagiku, anak dari ibuk bapakku... hal ini merupakan sebuah keistimewaan.... delapan tahun... bukan waktu yang pendek, meski juga bukan waktu yang panjang... selama waktu itu.. tidak tahu berapa kali aku telah berubah kulit, berubah rasa, berubah pandangan... selama waktu itu.. tidak tahu berapa puluh kali aku merasa tertarik pada makhluk lain.... namun.... ibukku... masih saja selalu ingat kepada bapakku.. orang yang telah pergi meninggalkannya delapan tahun lalu...

aku tidak tahu.. dalam hubungan ibuk-bapakku ini,.. siapakah yang lebih hebat diantara ibuk bapakku dimataku... namun.. aku merasa beliau-beliau menunjukkan salah satu puncak keharmonisan hubungan antara makhluk hidup yang pernah kuketahui sepanjang hidupku ini...

bapak... mungkin orang biasa bagi orang lain.. mungkin bukan orang yang puinter dengan segala ilmu agama maupun science.. dan juga bukan orang yang bisa memanjakan keluarganya dengan materi berlebih... namun kuyakin.. dalam rentang waktu hidup bapak.. selama aku ada maupun sebelumnya... pastilah menunjukkan kecerdasan hidup yang hebat.. pastilah memberi kecukupan "materi" tak terhingga... sehingga menimbulkan kesan yang begitu dalam dibatin ibuk... sehingga menimbulkan apresiasi yang begitu tinggi dihati ibuk.. yang sampai waktu sekarang.. masih mendorong ibuk untuk selalu ingat, selalu berdoa, selalu mengingatkan anak-anaknya untuk berdoa....

ibuk.... mungkin bukan orang hebat bagi orang kebanyakan... mungkin malah orang yang gak berpendidikan bagi orang kebanyakan... namun.. ibuk telah mencontohkan arti sebuah kekonaahan, arti sebuah kesetiaan, arti sebuah pengabdian, arti sebuah penghormatan, dan tentu saja.. arti sebuah manusia sebagai makhluk... yang harus bersikap kepada makhluk lain...

meski mungkin terlambat... aku tetap merasa bahagia.. menyadari begitu pentingnya keberadaan ibuk bapakku kepadaku... dan tentu hanya terima kasih yang bisa kuungkapkan kepada ibuk... dan almarhum bapak... atas semuanya untukku... semoga..

mungkin keriput kulit semakin banyak
mungkin tulang belulang semakin menonjol
namun pasti
akan tetap terasa lembut usapanmu
tetap terasa hangat senyummu

dan selalu
adamu menunjukkan adanya
saito-mo
siang menjelang sore




Tuesday, October 11, 2005

Puasa

Bagiku, inti dari puasa adalah rasa lapar... karena memang kondisi itu yang selalu mampir di pikiranku saat puasa.

Sejujurnya, rasa lapar saat puasa mengingatkanku ke segala macam kegiatan dan kehidupan... yang paling awal pastilah mengingatkanku, bahwa aku sedang puasa... kemudian serentetan aturan-aturan, janji-janji dan cerita-cerita berbaris antri ingin lewat ingatanku. Dan ini sangat menolongku untuk berusaha menjadi orang yang "berpuasa".

Sejujurnya juga, segala kotbah puasa yang dulu sering kudengar di masjid, di mushola dan terutama di tv, yang meneriakkan teori-teori berpuasa, tips-tips berpuasa, efek-efek berpuasa, bahkan mungkin ada juga trick-trick mengakali tuhan, terasa seperti balon-balon yang terbang mengawang di langit, naik tinggi, semakin lama semakin tak terbaca.

Sejujurnya lagi, aku tidak begitu suka dengan sambutan bulan puasa di negriku, ato mungkin dinegri orang berpuasa... karena terasa seperti kepura-puraan dibalik semua symbol, dan semua memasang muka alim, memasang muka sholeh... yang akan segera pergi sekitar pertengahan bulan puasa berjalan.. tidak menunggu bulan puasa pergi...

bagiku.. puasa adalah rasa lapar...
seperti biasa
dihari ini kusebut namamu
sebagai pengingat akan adaku

seperti biasa
dihari ini aku menangis untukmu
sebagai pengingat akan sedihku

seperti biasa
dihari ini aku tersenyum untukmu
sebagai pengingat akan adamu
saito-mo
hujan berkepanjangan