Saturday, February 23, 2008

dirimu

senin kemaren, aku sedang menunggu bis di terminal... biasa kramatdjati ke bandung. di balkon terdengar suara seruling ditiup merdu oleh seorang bapak tua.. bercaping petani dengan tulisan besar "penglihatan kurang awas"... hehehe.. kreatif juga bapak ini.. suara dalam hatiku bergema sambil cuek saja aku melihatnya...

bis datang.. segera kakiku mengayun lambat menujunya.. duduk di kursi paling depan.. seluas balkon terminal terlihat semua..

tak sadar.. kedua mataku menatap pengamen seruling tadi.. kali ini beliau duduk tenang.. membuka caping memamerkan rambut putihnya yang menghias kepala.. ehm.. beliau membuka tas cangklong dan mengeluarkan bungkusan plastik.. membuka bekal makan siangnya... jam 2 siang.. saat makan siang bagi bapak ini.. bisa terlihat kalo menu makan siang ini tidaklah semewah menu warung sederhana didepan.. karena samar kulihat hanya ada nasi putih dan serundeng.. dan mungkin tahu goreng...

lahap... nikmat.. nyaman.. seperti makan di restoran paling mahal dengan koki terhebat... meski di kanan kirinya orang berlalu lalang necis menenteng tas hendak bepergian...

selesai...
tangan tua itu menggapai kaleng dibalik bajunya.. jemari tanganya cekatan menghitung kertas uang yang diperoleh.. mataku ikut menghitung.. tujuh ato delapan lembar ribuan beliau peroleh.. dengan hati-hati beliau melipat uang tersebut.. mengikat dengan karet dan memasukkan ke dalam dompet kumalnya...

sesaat kemudian tangan ini kembali menghitung receh.. mungkin ratusan ato lima ratusan.. beberapa biji... sekitar sepuluhan biji.. aku yakin...

dan lagi.. dengan hati-hati beliau menaruh uang receh ini ke kantong kusam... masuk lagi ke dalam tas cangklongnya...

dadaku ini bergetar... mendapat berita dari mataku yang melihat langsung.. betapa hati-hati beliau menyimpan uang-uang tersebut... yang kuyakin begitu berharga bagi beliau... (meski bagi diriku saat itu.. tidak seberapa..)..

dadaku ini semakin bergetar.. mendengar bisikan mataku yang ikut merasakan betapa menghargainya dia terhadap uang-uang tersebut... yang mungkin bagiku hanya untuk bayar parkir beberapa kali..

dadaku ini semakin bergelombang... mendengar jeritan mataku yang ikut menikmati nikmatnya nasi srondeng berlauk asap bis... yang mungkin diriku ini ga pernah memakanya dulu..

dadaku ini seperti tak mampu kukuasai...
dan....
matakupun seperti bermain sendiri...
aku menangis....
kulihat dirimu padanya
meski dia bukan dirimu
dan selalu terimakasihku padamu
atas buku tebal pelajaran siang itu
puskom
on behalf of terminal

Friday, February 01, 2008

tekat

semakin besar inginku
untuk segera berlalu
dari masa laluku

semakin besar inginku
merubah hari ini
menjadi tadi

semakin besar inginku
menggapai nanti
yang tidak disini

semakin besar inginku

puskom
pergi